Mengejutkan, Kementerian Kesehatan mengungkapkan sejak tahun 2010 hingga
2022 tercatat ada sebanyak 12.553 anak yang berusia di bawah 14 tahun yang
terinfeksi 'human immunodeficiency virus' (HIV). Pemerintah pun saat ini terus
melakukan pelacakan kasus HIV di berbagai penjuru Tanah Air. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Imran Pambudi, mengungkapkan tidak semua dari
12.553 anak yang terinfeksi HIV, sudah mendapatkan pengobatan.
"Kalau dilihat
dari total, ada sekitar 12.553 anak usia 14 tahun ke bawah yang diketahui
status HIV-nya. Itu kalau dilihat data dari 2010 sampai September 2022. Dari
12.553, yang sudah mulai mendapat pengobatan baru sekitar 7.800 anak. Di mana
anak laki-laki lebih banyak yang (terinfeksi) HIV dibandingkan perempuan,"
kata Imran dalam temu media Hari AIDS Sedunia, Selasa (29/11).
Menurut Ariffani, Memang, kasus HIV/AIDS di
Indonesia bagaikan fenomena gunung es. Dari tahun 2000 saya bekerja sebagai
Aktivis Anak di Sumatera Utara, fenomena ini sudah majadi perhatian kita. Sebagaimana
kita ketahui jumlah penderita yang melapor hanyalah sebagian kecil dari kasus
sesungguhnya terjadi. Jadi kalau ada estimasi, kasus HIV/AIDS di Indonesia
disebutkan sebenarnya sudah mencapai
270.000 penderita, mungkin ada benarnya “Coba bayangan, ada data data dari KPAI
yang menyebutkan bahwa Jumlah ibu hamil yang terpapar virus HIV/AIDS
secara nasional sejak 2008 cukup tinggi. Dari data Komisi Penanggulangan AIDS
Nasional dari 5.167 ibu hamil yang mengikuti tes HIV, sebanyak 1.306 atau 25
persen diantaranya positif HIV. Di Bandung, berdasarkan catatan Rumah Sakit
Hasan Sadikin Bandung pada tahun ini ada 65 bayi yang lahir dari ibu yang
terpapar HIV/AIDS, gila nggk?”
Lanjut Arif, walaupun kantanya,
Kemenkes mengklaim dalam kurun waktu tahun 2010 hingga 2020 telah terjadi
kemajuan dalam penanggulangan HIV-AIDS di Indonesia. Jumlah kasus baru HIV
menurun. Terjadinya penuruan kasus ini sebagai dampak akselerasi pengendalian
yang berfokus pada intervensi pencegahan dan ekspansi berskala besar dengan
terapi anti-retroviral. Akan tetapi kalau dibandingkan dengan targetnya, maka kita
belum bisa tenang, karena masih perlu upaya-upaya yang lebih kuat untuk
mencapai targetnya, apalagi setelah terjadi pandemi COVID-19 yang menurunkan
cakupan program kesehatan," ucap Ariffani, yang juga Ketua FOKAL-1 (Forum
Komunikasi Anak Langkat Bersatu).
Sudah, Indonesia
Darurat HIV/AIDS, sudah saatnya kita dengungkan tagar #saveAnakIndonesia. Mengapresiasi
apa yang sudah dilakukan Kemenkes, dan kita berharap Visi dan tujuan untuk mengakhiri epidemi HIV
pada tahun 2030 benar-benar terapai. Cara mereka dengan mendorong jalur cepat
yang ditempuh Indonesia untuk mengakhiri epidemi HIV adalah dengan mencapai
target indikator 95 persen orang dengan HIV (ODHIV) untuk mengetahui status
HIV-nya, 95 persen ODHIV diobati, dan 95 persen ODHIV yang diobati mengalami
supresi virus, semoga bukan hanya selogan belaka, tegas Arif.
Pada kesempatan PERINGATAN
HARI AIDS SEDUNIA ini kami ingin menyampaikan bahwa Anak-anak teridap HIV/AIDS
adalah korban yang perlu diselamatkan, jadi jangan dibuly dan diperlakuka
diskriminasi. Tantangan besar dalam
penanggulangan HIV-AIDS adalah ketidaksetaraan dalam layanan HIV khususnya pada
perempuan, anak, dan remaja. Stigma dan diskriminasi yang berawal dari
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang HIV-AIDS. "Hal ini
membutuhkan pendekatan yang perlu direspons lebih baik oleh pemerintah pusat
dan daerah. Lalu, akademisi, masyarakat, swasta, dan media di sektor kesehatan,
ingat di Indonesia masih banyak orang dengan HIV yang sebenarnya terinfeksi
tapi belum tahu status. Untuk itu sekarang yang kita gencarkan untuk menaikkan
cakupan penemuan kasus HIV, dan menurut sejauh ini Kemenkes memperkirakan ada
526.841 kasus orang dengan HIV di Indonesia. Sayangnya, pemerintah hanya
menemukan sekitar 79 persen dari jumlah totalnya, tegas Ariffani, Advokat dari
Perisai Keadilan
Hal senada juga disampaikan
Sukadamai Laia, SH.,MH, selaku Bendahara BAHU Nasddem Sumu, Menurutnya,
pemerintah harus mengembangkan layanan kesehatan yang ramah bagi anak dan
remaja terutama terkait penanganan kasus HIV, seperti Kita tahu obat-obatan
untuk anak yang tersedia dalam bentuk sirop sangat terbatas. Jadi anak-anak
dengan HIV itu kendalanya kadang-kadang minum obatnya yang susah. Karena
obatnya harus itu terus, dan itu tidak enak sekali, dan tak ramah pada
anak," pungkasnya.
0 Komentar